Menurut ketua SMF Bedah Rumah Sakit
Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dr HM Jisdan Bambang Yulianto, SpB, penyakit
radang empedu ini memang tidak terdiagnosa karena kantong empedunya sudah
terbungkus oleh omentum (salah satu bangunan di dalam rongga perut). Hal itu
baru diketahui saat laparoskopi bahwa omentum menumpuk di kantong empedu dan
lengket di sela-sela liver kanan maupun kiri. Mau tak mau, saat itu juga
diputuskan untuk dilakukan pengangkatan kantong empedu dengan operasi
laparoskopi.
Sang pengemulsi lemak
Jisdan mengatakan, pada prinsipnya
kantong empedu adalah kantong yang dipakai untuk menampung cairan empedu yang
berupa garam empedu dan lemak. Garam empedu itu dibutuhkan untuk membantu
sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai keseimbangan asam basa. Selain itu
juga di dalam kantong empedu ada ekstrak empedu yang dipakai untuk mengemulsi
lemak. Pada keadaan tertentu, akibat kesalahan makan dengan lemak yang
berlebihan dan kadang disertai kuman yang masuk, maka terjadi proses
pengendapan dari ekstrak lemak. Kemudian bisa menimbulkan permasalahan berupa
pembentukan inti batu empedu (cholelithiasis) . Cholelithiasis ini bisa
menimbulkan peradangan empedu (cholecystitis) . Sebaliknya, cholecystitis bisa
menimbulkan batu empedu.
Jisdan mengakui, cholecystitis
memang kadang sulit diketahui dan keluhan subyektifnya memang hampir sama
dengan sakit maag atau keluhan ''masuk angin'' biasa. Kecuali bila
cholecystitis ini telah menimbulkan permasalahan yang spesifik, seperti kulit
kuning, dan terbentuk batu empedu (cholelithiasis) yang menyumbat total di
saluran empedu. Karena hal itu akan menimbulkan rasa ''sebah'' di perut seperti
maag disertai nyeri di ujung tulang belikat atau titik boas, kata ahli bedah
laparoskopi ini. Nyeri di titik boas itu merupakan salah satu ciri khas
penyakit gangguan empedu. Untuk lebih jelasnya, bisa dilkakukan pemeriksaan
dengan USG.
Selanjutnya Jisdan mengatakan,
apabila terjadi peradangan, empedu terus-menerus akan membengkak. Empedu
akhirnya tidak bisa memproduksi sesuai dengan kapasitasnya yang seharusnya dan
berisiko menimbulkan kebocoran empedu. Apabila peradangan cukup berat akan
mengakibatkan perlengketan di beberapa tempat, terutama di liver dan
usus besar. Hal itu yang paling banyak terjadi.
Kalau radang empedunya berlanjut dan
meradang di dekat liver,
maka akan menimbulkan nyeri di pundak (kerr). Nyeri di pundak terjadi karena
ada peradangan yang melibatkan saraf di diafragma (sekat rongga badan). Itu
berarti sudah ada peradangan yang melewati pada dinding kantong empedu dan ini
sudah komplikasi. Nyerinya bisa kanan maupun kiri dan hilang-timbul. Makin lama
rasa sakit ini semakin berat dan akhirnya nyeri menetap. Jika batu empedu cukup
banyak, maka sebagian batu empedu ini bisa masuk ke saluran empedu --yang
menghubungkan liver dengan
usus 12 jari. Maka, sumbatan
pun bisa terjadi.
Bila
penderita mengalami sumbatan itu, maka warna kulit menjadi kuning dan kelopak
mata menjadi kuning. Pada kondisi itu orang bisa mengalami komplikasi yang
buruk lagi sampai terjadi komplikasi di otaknya. ''Itu yang dikenal dengan
keracunan bilirubin,'' tutur dia.
Pada
mereka yang kebetulan ditemukan dengan komplikasi, kadang komplikasi berupa
terbentuknya tumor. Peradangan di empedu yang disebabkan oleh tumor, kadang
karena adanya penyempitan, atau polip di empedu. Terbentuknya tumor ini
biasanya terjadi pada orang yang memang punya bakat tumor. Di luar kasus itu
ada kasus empedu yang membengkak disebabkan oleh tumor di pankreas, dan
operasinya sangat rumit, jelas Jisdan. Karena itu, kata dia, apabila seseorang
mengalami peradangan di kantong empedu, sebaiknya harus diangkat kantong
empedunya. ''Sehingga cepat atau lambat akan menimbulkan masalah sakit perut
yang kambuh-kambuhan, pembentukan batu yang makin banyak,'' saran dia. Namun demikian,
ia menambahkan, kalau radang empedu tidak menimbulkan risiko yang berlebihan
atau komplikasi yang tidak mengancam jiwanya, maka bisa meredakan peradangan
dengan obat dulu. Kalau radangnya sudah reda, baru dilakukan tindakan operasi
laparoskopi.
Hindari
lemak
Jisdan
mengakui, sebetulnya mencegah cholecystitis dan cholelithiasis tidak mudah.
Namun, karena ini salah satu bagian dari sistem pencernaan, maka sebaiknya
menjaga makanan yaitu jangan makanan dengan kadar lemak tinggi.
''Apalagi
kita hidup di daerah tropis, sehingga lemak itu hanya dibutuhkan minimal
sekali,''tuturnya. Alkohol juga akan memicu permasalahan- permasalahan di
empedunya, karena itu sebaiknya dihindari minum alkohol. Selain itu juga
sebaiknya makan makanan yang tidak terkontaminasi kuman. Karena kuman akan
masuk ke dalam pencernaan bersama makanan.
Radang
empedu maupun batu empedu ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan
laki-laki yaitu 1 dibanding 2 atau 3.
Yang
paling banyak menderita penyakit tersebut adalah mereka yang empat F yaitu Fat,
Forty, Fertile, dan Female. Dengan kata lain, mereka yang beresiko adalah orang
yang gemuk, berusia di atas 40 tahun, subur, dan kebanyakan wanita.
''Dengan
diangkatnya kantong empedu Insya Allah tidak masalah, karena kantong empedu ini
hanya reservoir, bukan pembentuk utama. Fungsi kantong empedu ini nantinya akan
dikompensasi oleh alat-alat tubuh yang lain yang bisa memberikan support dalam
proses pencernaan, misalnya di saluran empedu,''tutur Jisdan.
Penderita
yang sudah diangkat kantong empedunya harus menghindari makanan yang berkadar
lemak. Karena makanan berlemak tersebut akan menimbulkan rasa nyeri di ulu
hati. Pada enam bulan pertama setelah dilakukan pengangkatan kantong empedu,
kadang muncul rasa nyeri di ulu hati, spalagi bila penderita makan makanan
berlemak.
Tetapi
bersama berjalannya waktu, sesudah tubuh melakukan kompensasi-kompensa si
secara alamiah, rasa nyeri tersebut akan hilang sendiri,''jelas Jisdan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar